Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir
Setelah Sang Raja mengetahui
kebenaran dan kesucian Yusus, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya
bahwa Yusuf itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar
persoalan Ekonomi kerajaan Mesir, maka sang Raja akhirnya memanggil Yusuf untuk
diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Yusuflah yang mengepalai perbendaharaan
Negara, ia menjadi kepala gudang aga dapat menanggulangi keserakahan para
pejabat korup dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti
tiba musim paceklik.
Ketika Paceklik Tiba
Apa yang diucapkan Yusuf menjadi
kenyataan, sesudah berlangsung masa subur selama tujuh tahun maka datanglah
masa paceklik. Masa paceklik itu juga melanda daerah Palestina tempat tinggal
Nabi Ya’qub dan saudara-saudara Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu
bakal datangnya kemarau panjang itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang
menderita kelaparan. Mereka mendengar di Negeri Mesir banyak tersedia bahan
makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum, anak-anak Nabi Ya’qub
bermaksud pergi ke Mesir. Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu
mereka tiba di Mesir dan menukar emasnya dengan gandum mereka sama sekali tidak
mengira bahwa kepala gudang perbendaharaan Negeri Mesir adalah Yusuf saudara
mereka sendiri. Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengetahuinya.
Yusuf memperlakukan mereka
sebagai tamu terhormat, dijamu dengan makanan yang lezat-lezat, mereka juga
diberi bekal pejalanan pulang. Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke
Palestina, Yusuf berkata kepada mereka : “Bawalah saudaramu yang seayah
(maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu bawa lain kali kalian tidak kuperbolehkan
masuk negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan disini. Mereka kaget
mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang menteri mengetahui bahwa
mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin.
Bunyamin Bertemu Yusuf
Ketika mereka tiba di rumah dan
membuka karung gandum, ternyata emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam
karung bersama gandum. Mereka heran dan segera melaporkan kepada ayah mereka
Nabi Ya’qub. “Sungguh aneh ? “gumam Nabi Ya’qub. Ketika merekan mengatakan
keinginan Menteri Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi
Ya’qub langsung menolak. Ia kuatir Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf
dahulu. “Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kam tidak boleh memasuki
Negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi, “kata mereka. “Nabi
Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi. Trauma atas kehilangan
Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan bahan makanan semakin
menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir lagi.
“Bersumpalah atas Nama Tuhan,
“Kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian harus melindungi Bunyamin dengan segenap jiwa
raga kalian. Jika terjadi sesuatu kalian harus membelanya sampai titik darah
terakhir. “Mereka serentak menyatakan kesedihannya untuk melindungi Bunyamin
dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali.
Demikianlah, untuk kali yang kedua mereka pergi ke Mesir. Yusuf sebenarnya tak
kuat menahan diri begitu melihat saudara-saudaranya datang membawa Bunyamin. Ia
ingin segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan
adik kandungnya itu. Namun untuk sementara ia tidak ingin saudara-saudaranya
yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam
sumur. Ia mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang
ke Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di
karung Bunyamin.
Untuk sementara Yusuf membiarkan
saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia
memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan saudara-saudaranya itu. Mereka
terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan memintanya berhenti. “Raja
kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya,
siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum satu tunggangan unta.
Kami datang ke Mesir bukan untuk membuat kerusuhan, “Kata saudara-saudara Yusuf.
Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri. Para prajurit berkata :
Apakah hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ? Hukumannya adalah
menjadi budak, itulah tebusan dari perbuatannya, jawab saudara-saudara Yusuf.
Prajurit itu kemudian menggeledah
tiap karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukannya di dalam
karung Bunyamin, tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri
Perekonomian yaitu Yusuf. Saudara-saudara Bunyamin yang lain diperbolehkan
pulang. Yahudza tak ikut pulang, ia merasa malu kepada ayahnya karena telah
berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang
tak bisa ia bawa pulang. Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa
Bunyamin atau ayahnya sendiri memanggilnya pulang. Sementara itu Bunyamin
gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia
berhadapan dengan pejabat tinggi di istana kerajaan. Wajahnya pucat pasi, tap
hal itu tak berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa
sebenarnya sang Menteri Ekonomi itu. Pertemuan kakak beradik itu benar-benar
mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak, ia segera menceritakan nasib
ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf
setiap hari ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat
lagi.
Impian itu Menjadi Kenyataan
Begitu mengetahui Sembilan orang
anaknya pulang tanpa membawa Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia
bnear-benar sedih. Sudah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh
penguasa Negeri Mesir. Dari hari ke hari tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub,
kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya Tuhan
tempatnya mengadu dan berkeluh kesah. Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa
Yusuf itu masih hidup dan tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang
sangat dicintainya itu. Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya
mengembara ke Mesir : “ Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah
membebaskan Bunyamin agar dapat pulang. Karena tak sampai hati melihat
penderitaan ayahnya, anak-anak Nabi ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi.
Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan
makanan mereka juga meminta agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.
“Ayah kam sangat bersedih sejak
kehilangan Yusuf, terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat kembali pulang. Kami
benar-benar mengharap belas kasih Paduka agar mau membebaskan Bunyamin sehingga
dapat mengurangi penderitaan ayah kami. Akhirnya Yusuf tak sampai hati
mendengar penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil
tersenyum ia berkata : “Masih ingatkah kalian, kepada saudaramu Yusuf yang
kalian lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya
seorang diri seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap
tangisnya dan kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah. Mendengar ucapan
sang menteri mereka terkejut, bagaimana menteri itu bisa mengetahu perkara
rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka saling pandang. Perlahan-lahan
mereka mengamati wajah sang menteri. Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari
atas hingga bawah, dan akhirnya hamper berbarengan mereka berucap : “Engkau
Yusuf !”
“Benarlah ! “Jawab Yusuf, “akulah
Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan Rahmat-Nya telah mengakhiri
penderitaanku dan ujian berat yang telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula
kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera.
Demikianlah barang siapa yang bersabar, bertakwa dan bertawakkal tidaklah akan
luput dari pahala dan ganjaran-Nya. “Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengar
pengakuan itu ? Terbayang kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke
dalam sumur. Mereka kuatir bila Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf
bukanlah orang yang pendendam, mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju
gamisnya dan diserahkan kepada saudara-saudaranya.
“Usapkanlah baju ini pada kedua
belah mata ayah, insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudia ajaklah ayah
dan ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu. “Demikianlah,
setelah mereka datang di Palestina, baju gamis Yusuf segera diusapkan di kedua
belah mata ayahnya, atas kehendak Allah Nabi Ya’qub yang buta bisa melihat
kembali. Nabi ya’qub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi
permintaan Yusuf. Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat
berkumpul dengan seluruh keluarganya, Yusuf menaikkan ayah dan ibu (tirinya) ke
singgasananya. Apa yang pernah diimpikannya dul sekarang menjadi nyata.
Baca Sebelumnya Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 1 dan Baca Juga Kisah Nabi Shalih AS dengan Kaum Tsamud yang Durhaka
loading...
0 Response to "Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 2"
Post a Comment