Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 2

Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir

Setelah Sang Raja mengetahui kebenaran dan kesucian Yusus, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya bahwa Yusuf itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan Ekonomi kerajaan Mesir, maka sang Raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Yusuflah yang mengepalai perbendaharaan Negara, ia menjadi kepala gudang aga dapat menanggulangi keserakahan para pejabat korup dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti tiba musim paceklik.

Ketika Paceklik Tiba

Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan, sesudah berlangsung masa subur selama tujuh tahun maka datanglah masa paceklik. Masa paceklik itu juga melanda daerah Palestina tempat tinggal Nabi Ya’qub dan saudara-saudara Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu bakal datangnya kemarau panjang itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang menderita kelaparan. Mereka mendengar di Negeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum, anak-anak Nabi Ya’qub bermaksud pergi ke Mesir. Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu mereka tiba di Mesir dan menukar emasnya dengan gandum mereka sama sekali tidak mengira bahwa kepala gudang perbendaharaan Negeri Mesir adalah Yusuf saudara mereka sendiri. Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengetahuinya.

Yusuf memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat, dijamu dengan makanan yang lezat-lezat, mereka juga diberi bekal pejalanan pulang. Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada mereka : “Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu bawa lain kali kalian tidak kuperbolehkan masuk negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan disini. Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin.

Bunyamin Bertemu Yusuf

Ketika mereka tiba di rumah dan membuka karung gandum, ternyata emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam karung bersama gandum. Mereka heran dan segera melaporkan kepada ayah mereka Nabi Ya’qub. “Sungguh aneh ? “gumam Nabi Ya’qub. Ketika merekan mengatakan keinginan Menteri Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya’qub langsung menolak. Ia kuatir Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf dahulu. “Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kam tidak boleh memasuki Negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi, “kata mereka. “Nabi Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi. Trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan bahan makanan semakin menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir lagi.

“Bersumpalah atas Nama Tuhan, “Kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian harus melindungi Bunyamin dengan segenap jiwa raga kalian. Jika terjadi sesuatu kalian harus membelanya sampai titik darah terakhir. “Mereka serentak menyatakan kesedihannya untuk melindungi Bunyamin dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali. Demikianlah, untuk kali yang kedua mereka pergi ke Mesir. Yusuf sebenarnya tak kuat menahan diri begitu melihat saudara-saudaranya datang membawa Bunyamin. Ia ingin segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik kandungnya itu. Namun untuk sementara ia tidak ingin saudara-saudaranya yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam sumur. Ia mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang ke Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di karung Bunyamin.

Untuk sementara Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan saudara-saudaranya itu. Mereka terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan memintanya berhenti. “Raja kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya, siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum satu tunggangan unta. Kami datang ke Mesir bukan untuk membuat kerusuhan, “Kata saudara-saudara Yusuf. Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri. Para prajurit berkata : Apakah hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ? Hukumannya adalah menjadi budak, itulah tebusan dari perbuatannya, jawab saudara-saudara Yusuf.

Prajurit itu kemudian menggeledah tiap karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukannya di dalam karung Bunyamin, tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Perekonomian yaitu Yusuf. Saudara-saudara Bunyamin yang lain diperbolehkan pulang. Yahudza tak ikut pulang, ia merasa malu kepada ayahnya karena telah berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang. Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa Bunyamin atau ayahnya sendiri memanggilnya pulang. Sementara itu Bunyamin gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia berhadapan dengan pejabat tinggi di istana kerajaan. Wajahnya pucat pasi, tap hal itu tak berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa sebenarnya sang Menteri Ekonomi itu. Pertemuan kakak beradik itu benar-benar mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak, ia segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf setiap hari ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi.

Impian itu Menjadi Kenyataan

Begitu mengetahui Sembilan orang anaknya pulang tanpa membawa Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia bnear-benar sedih. Sudah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh penguasa Negeri Mesir. Dari hari ke hari tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub, kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya Tuhan tempatnya mengadu dan berkeluh kesah. Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa Yusuf itu masih hidup dan tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang sangat dicintainya itu. Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya mengembara ke Mesir : “ Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah membebaskan Bunyamin agar dapat pulang. Karena tak sampai hati melihat penderitaan ayahnya, anak-anak Nabi ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi. Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan makanan mereka juga meminta agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.

“Ayah kam sangat bersedih sejak kehilangan Yusuf, terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat kembali pulang. Kami benar-benar mengharap belas kasih Paduka agar mau membebaskan Bunyamin sehingga dapat mengurangi penderitaan ayah kami. Akhirnya Yusuf tak sampai hati mendengar penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum ia berkata : “Masih ingatkah kalian, kepada saudaramu Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah. Mendengar ucapan sang menteri mereka terkejut, bagaimana menteri itu bisa mengetahu perkara rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka saling pandang. Perlahan-lahan mereka mengamati wajah sang menteri. Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari atas hingga bawah, dan akhirnya hamper berbarengan mereka berucap : “Engkau Yusuf !”

“Benarlah ! “Jawab Yusuf, “akulah Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan Rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dan ujian berat yang telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barang siapa yang bersabar, bertakwa dan bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya. “Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengar pengakuan itu ? Terbayang kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Mereka kuatir bila Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf bukanlah orang yang pendendam, mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju gamisnya dan diserahkan kepada saudara-saudaranya.

“Usapkanlah baju ini pada kedua belah mata ayah, insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudia ajaklah ayah dan ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu. “Demikianlah, setelah mereka datang di Palestina, baju gamis Yusuf segera diusapkan di kedua belah mata ayahnya, atas kehendak Allah Nabi Ya’qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi ya’qub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi permintaan Yusuf. Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat berkumpul dengan seluruh keluarganya, Yusuf menaikkan ayah dan ibu (tirinya) ke singgasananya. Apa yang pernah diimpikannya dul sekarang menjadi nyata.

loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 2 Silahkan baca artikel Putra Anggo Blogger Kacangan Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 2 Sebagai sumbernya

0 Response to "Kisah Nabi Yusuf AS dengan Kecumburuan Saudaranya Part 2"

Post a Comment

Artikel Lainnya